Kisah Sukses Umam Memilih Bertani Usai di PHK Akibat Pandemi

From World History
Revision as of 00:37, 18 June 2021 by Kicktaiwan5 (talk | contribs) (Created page with "SariAgri -  Di PHK dari perusahaan akibat Pandemi Covid-19, tidak membuat surut untuk tetap mempertahankan hidup. Setidaknya itulah yang dilakukan Muhammad Khairul Umam (...")
(diff) ← Older revision | Latest revision (diff) | Newer revision → (diff)
Jump to: navigation, search

SariAgri -  Di PHK dari perusahaan akibat Pandemi Covid-19, tidak membuat surut untuk tetap mempertahankan hidup. Setidaknya itulah yang dilakukan Muhammad Khairul Umam (27 tahun), warga Desa Ngepanrejo, Bandongan, Kabupaten Magelang.
Begitu kehilangan pekerjaan, ia kemudian berusaha mencari cara untuk terus mendapatkan penghasilan. Kali ini Khairul-panggilan akrab Muhammad Khairul Umam- tak ingin menjadi karyawan lagi, tetapi ingin mandiri menjadi petani.
Dipilihlah Ubi madu sebagai komoditas yang dianggapnya memiliki peluang bagus. Tentu saja pemilihan Ubi manis sebagai tanaman yang menjadi awal dia menjadi petani, sudah melalui pertimbangan yang matang.
"Sebelum memilih ubi madu, saya sudah berkonsultasi dengan beberapa Eksportir. Salah satu dari eksportir meminta saya untuk bertani ubi manis," tutur Khairul memulai ceritanya.
Menurut Khairul, dunia pertanian itu sangat menarik. Pasalnya, pertanian bisa menyediakan pangan ke seluruh rakyat Indonesia. Selain itu, umbi juga bagus karena bisa menggantikan bahan pokok seperti nasi.
"Pada awalnya saya belajar dari video YouTube dan mengetahui bahwa orang Jepang dan orang Korea banyak mengonsumsi ubi. Saya pun kemudian belajar dari teman yang mengekspor ubi madu. Hal itulah yang membuat saya tertarik untuk mulai menanam ubi madu yang nantinya bisa diekspor ke luar negeri," jelasnya.

Muhammad Khairul Umam memilih menjadi petani. (YouTube CapCapung)
Ide untuk menanam ubi madu secara mandiri dilakukan dengan cara bekerja sama pemilik lahan di desanya. Gayung pun bersambut, ide Umam tersebut diterima baik oleh masyarakat. Akhirnya dia menanam ubi madu di lahan seluas dua hektare.
Media Pertanian Indonesia Permintaan ubi madu pun terus naik. Dalam sebulan, permintaannya mencapai 2 ton. Umam menjual sekilo ubi madu seharga Rp10 ribu kepada perusahaan eksportir. Dari penjualan ubi madu, ia memperoleh pendapatan yang lumayan besar, meski ia tidak mau menyebutkan nominal pastinya.
Media Pertanian Indonesia Ia pun semakin bersemangat memenuhi permintaan eksportir. Termasuk dalam menjaga kualitas ubi madu dari hasil pertaniannya. Agar bisa lolos sortir dan dapat dieskpor ubi madu harus dalam kondisi mulus.
"Menanam ubi madu tidaklah sulit. Perawatannya juga tidak terlalu rumit. Hanya saja, di musim penghujan hasilnya kurang maskimal, bahkan bisa gagal panen. Karena membusuk akibat genangan air," paparnya.
Baca Juga: Kisah Sukses Anak Petani yang Jadi Pemilik Liverpool, John W Henry Dari Anak Petani Miskin, Chung Ju Yung Sukses Dirikan Hyundai
Agar tidak rugi, ia berhenti mengeskpor ubi madu di musim penghujan. Umam pun tak habis akal, dirinya mencoba mengolah ubi madu menjadi makanan ringan. Karena tidak perlu standar peyortiran yang ketat. Selain itu, harganya bisa jauh lebih tinggi. Sekarang ia sedang mengajukan proposal agar olahan ubi madu bisa dijual di mal.
"Jika buahnya terlalu besar, nanti kita jualnya juga susah. Paling ke pasar-pasar lokal, ke tukang keripik, itu saja. Tapi karena kita ke pasar ekspor, kita harus mengikuti spek dari pihak pengekspornya,” tambah Khairul.
Khairul menjelaskan, tanaman ubi madu cenderung terhindar dari hama. Karena keberadaan tanaman itu sebenarnya bisa mematikan tumbuhan lain seperti ilalang dan rumput-rumputan. Sementara itu untuk masa pemanenannya, ubi madu membutuhkan masa tiga setengah bulan. Hal ini berdasarkan spekta yang ditetapkan Khairul di mana setiap 1 kg ada 3-4 buah ubi madu yang dapat diperoleh.
Untuk dapat menanam ubi madu di lahan seluas 1 hektare, dia awalnya membutuhkan modal sebanyak Rp11 juta dengan rincian, biaya traktor sebesar Rp600 ribu per hektare, untuk biaya mencangkul sebanyak Rp4 juta, biaya tanam dan bibit sekitar Rp2 juta, dan pendangkiran Rp4 juta, lain-lain Rp400 ribu.
Dengan modal penanaman sekitar Rp 11 juta ini, sekitar 3 bulan lebih sudah bisa dipanen dan bisa menghasilkan pendapatan sebesar Rp100 juta.
Video terkait: