Difference between revisions of "Ilmuwan Penyakit Tanaman Juga Bisa Menjadi Pandemi Global"

From World History
Jump to: navigation, search
(Created page with "SariAgri - Sama halnya dengan wabah penyakit yang menyerang manusia dan hewan, penyakit yang menyerang tanaman juga bisa mewabah dan menjadi pandemi global, seperti halnya Cov...")
 
m
 
Line 1: Line 1:
SariAgri - Sama halnya dengan wabah penyakit yang menyerang manusia dan hewan, penyakit yang menyerang tanaman juga bisa mewabah dan menjadi pandemi global, seperti halnya Covid-19.<br />Penyakit tanaman bisa menyebar melampui batas negara dan lautan ratusan kilometer jauhnya, karena itu penting untuk membuat sistem deteksi dini penyakit tanaman yang lebih baik.<br />Para ilmuwan mengatakan, sistem deteksi dan prediksi penyakit tanaman yang terintegrasi dalam skala global, sangat diperlukan untuk mengurangi wabah penyakit tanaman di masa depan, dan melindungi pasokan makanan global.<br />&quot;Idenya adalah mendeteksi sumber wabah penyakit tanaman ini lebih awal dan menghentikan penyebaran sebelum menjadi pandemi. Karena begitu pandemi terjadi, sulit untuk dikendalikan,&quot; kata Jean Ristaino, Profesor Patologi Tanaman dari William Neal Reynolds di North Carolina State University dan penulis penelitian ini seperti dikutip Phys.org.<br />Ristaino menyebut beberapa penyakit tanaman sudah berada dalam semacam pengawasan global, misalnya karat gandum dan penyakit busuk daun. Dua patogen itu penting yang memengaruhi kentang dan menyebabkan kelaparan di Irlandia.<br />Namun, banyak penyakit tanaman lain yang bisa menyebar secara global tidak dipantau secara rutin.<br />&quot;Ada beberapa jaringan pengawasan yang sudah ada, tetapi mereka perlu dihubungkan dan didanai oleh badan antar pemerintah dan diperluas ke sistem pengawasan global,&quot; kata Ristaino.<br />&quot;Kami dapat meningkatkan pemantauan penyakit menggunakan sensor elektronik yang dapat membantu mendeteksi dengan cepat dan kemudian melacak patogen tanaman yang muncul,&quot; imbuhnya.<br />Ristaino mengatakan bahwa upaya dari berbagai bidang keilmuan diperlukan untuk mencegah pandemi penyakit tanaman. Ilmuwan lintas bidang itu meliputi ekonom, insinyur, ilmuwan tanaman, spesialis penyakit tanaman, ahli genetika, ahli geografi, analis data, ahli statistik, dan lainnya.<br />Mereka harus bekerja sama untuk melindungi tanaman, para petani yang menanam tanaman, dan orang-orang yang diberi makan oleh tanaman tersebut. Saat ini sudah ada program The GRIP4PSI Plant Science Initiative yang membantu mendanai tim semacam itu di North Carolina State.<br /> [https://list.ly/lowesampson584 Media Pertanian Indonesia] Penelitian sedang dilakukan untuk memodelkan risiko penyebaran patogen tanaman, dan membantu memprediksi dan kemudian mencegah wabah. Pemodelan dan perkiraan penyebaran penyakit dapat membantu memobilisasi strategi mitigasi secara lebih tepat untuk menghentikan pandemi.<br />Para peneliti mengingatkan, wabah penyakit tanaman global meningkat frekuensinya dan mengancam pasokan makanan global. Menurut penelitian yang diterbitkan pada 2019, kerugian tanaman pangan utama seperti gandum, beras dan jagung karena serangan hama dan penyakit rata-rata berkisar antara 21&nbsp;persen hingga 30 persen.<br />Contoh lain adalah kasus pisang, khususnya varietas Cavendish, yang tidak memiliki resistensi terhadap patogen spesifik yang disebut Fusarium odoratissimum Tropical race 4, yang menyebabkan penyakit Panama pada pisang. Patogen itu menyebar dengan cepat dari Asia ke Afrika, Timur Tengah, dan baru-baru ini ke Amerika Selatan.<br />Perubahan iklim kemungkinan akan memperburuk wabah ini, kata Ristaino. Di Afrika, misalnya, perubahan iklim dan kekeringan di Sahara Afrika mempengaruhi populasi dan kisaran belalang, yang menghancurkan tanaman lebih jauh ke selatan di Afrika sub-Sahara.<br />&quot;Curah hujan yang tinggi dapat memungkinkan patogen tanaman di udara menyebar, dan spora jamur dapat bergerak bersama angin topan. Contohnya adalah penyakit karat kedelai yang menyebar dari Amerika Selatan melalui badai ke Amerika Utara,&quot; Ristaino,<br />Lebih lanjut, sifat global dari perdagangan makanan telah mendorong beberapa pandemi penyakit tanaman. Munculnya patogen tanaman baru yang berbahaya menambah risiko lain pada pasokan makanan, yang sudah tertekan oleh pertumbuhan populasi dunia.<br />Video terkait:<br />
+
SariAgri - Sama halnya dengan wabah penyakit yang menyerang manusia dan hewan, penyakit yang menyerang tanaman juga bisa mewabah dan menjadi pandemi global, seperti halnya Covid-19.<br />Penyakit tanaman bisa menyebar melampui batas negara dan lautan ratusan kilometer jauhnya, karena itu penting untuk membuat sistem deteksi dini penyakit tanaman yang lebih baik.<br />Para ilmuwan mengatakan, sistem deteksi dan prediksi penyakit tanaman yang terintegrasi dalam skala global, sangat diperlukan untuk mengurangi wabah penyakit tanaman di masa depan, dan melindungi pasokan makanan global.<br />&quot;Idenya adalah mendeteksi sumber wabah penyakit tanaman ini lebih awal dan menghentikan penyebaran sebelum menjadi pandemi. Karena begitu pandemi terjadi, sulit untuk dikendalikan,&quot; kata Jean Ristaino, Profesor Patologi Tanaman dari William Neal Reynolds di North Carolina State University dan penulis penelitian ini seperti dikutip Phys.org.<br />Ristaino menyebut beberapa penyakit tanaman sudah berada dalam semacam pengawasan global, misalnya karat gandum dan penyakit busuk daun. Dua patogen itu penting yang memengaruhi kentang dan menyebabkan kelaparan di Irlandia.<br />Namun, banyak penyakit tanaman lain yang bisa menyebar secara global tidak dipantau secara rutin.<br />&quot;Ada beberapa jaringan pengawasan yang sudah ada, tetapi mereka perlu dihubungkan dan didanai oleh badan antar pemerintah dan diperluas ke sistem pengawasan global,&quot; kata Ristaino.<br />&quot;Kami dapat meningkatkan pemantauan penyakit menggunakan sensor elektronik yang dapat membantu mendeteksi dengan cepat dan kemudian melacak patogen tanaman yang muncul,&quot; imbuhnya.<br /> [https://jordan-padgett.blogbright.net/akademisi_-program-regenerasi-petani-harus-diintensifkan Media Pertanian Indonesia] Ristaino mengatakan bahwa upaya dari berbagai bidang keilmuan diperlukan untuk mencegah pandemi penyakit tanaman. Ilmuwan lintas bidang itu meliputi ekonom, insinyur, ilmuwan tanaman, spesialis penyakit tanaman, ahli genetika, ahli geografi, analis data, ahli statistik, dan lainnya.<br />Mereka harus bekerja sama untuk melindungi tanaman, para petani yang menanam tanaman, dan orang-orang yang diberi makan oleh tanaman tersebut. Saat ini sudah ada program The GRIP4PSI Plant Science Initiative yang membantu mendanai tim semacam itu di North Carolina State.<br />Penelitian sedang dilakukan untuk memodelkan risiko penyebaran patogen tanaman, dan membantu memprediksi dan kemudian mencegah wabah. Pemodelan dan perkiraan penyebaran penyakit dapat membantu memobilisasi strategi mitigasi secara lebih tepat untuk menghentikan pandemi.<br />Para peneliti mengingatkan, wabah penyakit tanaman global meningkat frekuensinya dan mengancam pasokan makanan global. Menurut penelitian yang diterbitkan pada 2019, kerugian tanaman pangan utama seperti gandum, beras dan jagung karena serangan hama dan penyakit rata-rata berkisar antara 21&nbsp;persen hingga 30 persen.<br />Contoh lain adalah kasus pisang, khususnya varietas Cavendish, yang tidak memiliki resistensi terhadap patogen spesifik yang disebut Fusarium odoratissimum Tropical race 4, yang menyebabkan penyakit Panama pada pisang. Patogen itu menyebar dengan cepat dari Asia ke Afrika, Timur Tengah, dan baru-baru ini ke Amerika Selatan.<br />Perubahan iklim kemungkinan akan memperburuk wabah ini, kata Ristaino. Di Afrika, misalnya, perubahan iklim dan kekeringan di Sahara Afrika mempengaruhi populasi dan kisaran belalang, yang menghancurkan tanaman lebih jauh ke selatan di Afrika sub-Sahara.<br />&quot;Curah hujan yang tinggi dapat memungkinkan patogen tanaman di udara menyebar, dan spora jamur dapat bergerak bersama angin topan. Contohnya adalah penyakit karat kedelai yang menyebar dari Amerika Selatan melalui badai ke Amerika Utara,&quot; Ristaino,<br />Lebih lanjut, sifat global dari perdagangan makanan telah mendorong beberapa pandemi penyakit tanaman. Munculnya patogen tanaman baru yang berbahaya menambah risiko lain pada pasokan makanan, yang sudah tertekan oleh pertumbuhan populasi dunia.<br />Video terkait:<br />

Latest revision as of 17:17, 17 June 2021

SariAgri - Sama halnya dengan wabah penyakit yang menyerang manusia dan hewan, penyakit yang menyerang tanaman juga bisa mewabah dan menjadi pandemi global, seperti halnya Covid-19.
Penyakit tanaman bisa menyebar melampui batas negara dan lautan ratusan kilometer jauhnya, karena itu penting untuk membuat sistem deteksi dini penyakit tanaman yang lebih baik.
Para ilmuwan mengatakan, sistem deteksi dan prediksi penyakit tanaman yang terintegrasi dalam skala global, sangat diperlukan untuk mengurangi wabah penyakit tanaman di masa depan, dan melindungi pasokan makanan global.
"Idenya adalah mendeteksi sumber wabah penyakit tanaman ini lebih awal dan menghentikan penyebaran sebelum menjadi pandemi. Karena begitu pandemi terjadi, sulit untuk dikendalikan," kata Jean Ristaino, Profesor Patologi Tanaman dari William Neal Reynolds di North Carolina State University dan penulis penelitian ini seperti dikutip Phys.org.
Ristaino menyebut beberapa penyakit tanaman sudah berada dalam semacam pengawasan global, misalnya karat gandum dan penyakit busuk daun. Dua patogen itu penting yang memengaruhi kentang dan menyebabkan kelaparan di Irlandia.
Namun, banyak penyakit tanaman lain yang bisa menyebar secara global tidak dipantau secara rutin.
"Ada beberapa jaringan pengawasan yang sudah ada, tetapi mereka perlu dihubungkan dan didanai oleh badan antar pemerintah dan diperluas ke sistem pengawasan global," kata Ristaino.
"Kami dapat meningkatkan pemantauan penyakit menggunakan sensor elektronik yang dapat membantu mendeteksi dengan cepat dan kemudian melacak patogen tanaman yang muncul," imbuhnya.
Media Pertanian Indonesia Ristaino mengatakan bahwa upaya dari berbagai bidang keilmuan diperlukan untuk mencegah pandemi penyakit tanaman. Ilmuwan lintas bidang itu meliputi ekonom, insinyur, ilmuwan tanaman, spesialis penyakit tanaman, ahli genetika, ahli geografi, analis data, ahli statistik, dan lainnya.
Mereka harus bekerja sama untuk melindungi tanaman, para petani yang menanam tanaman, dan orang-orang yang diberi makan oleh tanaman tersebut. Saat ini sudah ada program The GRIP4PSI Plant Science Initiative yang membantu mendanai tim semacam itu di North Carolina State.
Penelitian sedang dilakukan untuk memodelkan risiko penyebaran patogen tanaman, dan membantu memprediksi dan kemudian mencegah wabah. Pemodelan dan perkiraan penyebaran penyakit dapat membantu memobilisasi strategi mitigasi secara lebih tepat untuk menghentikan pandemi.
Para peneliti mengingatkan, wabah penyakit tanaman global meningkat frekuensinya dan mengancam pasokan makanan global. Menurut penelitian yang diterbitkan pada 2019, kerugian tanaman pangan utama seperti gandum, beras dan jagung karena serangan hama dan penyakit rata-rata berkisar antara 21 persen hingga 30 persen.
Contoh lain adalah kasus pisang, khususnya varietas Cavendish, yang tidak memiliki resistensi terhadap patogen spesifik yang disebut Fusarium odoratissimum Tropical race 4, yang menyebabkan penyakit Panama pada pisang. Patogen itu menyebar dengan cepat dari Asia ke Afrika, Timur Tengah, dan baru-baru ini ke Amerika Selatan.
Perubahan iklim kemungkinan akan memperburuk wabah ini, kata Ristaino. Di Afrika, misalnya, perubahan iklim dan kekeringan di Sahara Afrika mempengaruhi populasi dan kisaran belalang, yang menghancurkan tanaman lebih jauh ke selatan di Afrika sub-Sahara.
"Curah hujan yang tinggi dapat memungkinkan patogen tanaman di udara menyebar, dan spora jamur dapat bergerak bersama angin topan. Contohnya adalah penyakit karat kedelai yang menyebar dari Amerika Selatan melalui badai ke Amerika Utara," Ristaino,
Lebih lanjut, sifat global dari perdagangan makanan telah mendorong beberapa pandemi penyakit tanaman. Munculnya patogen tanaman baru yang berbahaya menambah risiko lain pada pasokan makanan, yang sudah tertekan oleh pertumbuhan populasi dunia.
Video terkait: